Dinilaiberhasil menerapkan konsep kota cerdas, Kota Solok dinobatkan sebagai salah satu Kota Cerdas Indonesia dalam penilaian Indeks Kota Cerdas Indonesia (IKCI) tahun 2018 dari Kompas Group Media. Berita Terkini dan Terbaru Hari ini - KlikPositif.com. 01 Oktober 2021 23:09 WIB. Tentang Kami; Tahun2018 terpilih 50 kota/kabupaten yang disusul 25 kota/kabupaten tahun 2019. Pemilihan 100 kota/kabupaten berdasarkan sejumlah faktor seperti kondisi keuangan daerah, peringkat dan Status Kinerja penyelenggaraan Pemerintah Daerah (SKPPD) , serta Indeks Kota Hijau. "Selain itu di kota dan kabupaten harus sudah memiliki Dewan Kota Cerdas yang SCCICID, (16/03) – Dalam acara halfday workshop hasil Rating Kota Cerdas Indonesia 2017 yang kembali dilakukan oleh Living Lab Smart City and Community Innovation Center ITB, Peneliti Smart City ITB, Ryan A. Nugraha menjelaskan bahwa ada beberapa kesalahan kota yang sering dilakukan kota.Hal tersebut disampaikan oleh Ryan dalam Kota Pariaman telah berkomitmen untuk menjadi salah satu Kota Cerdas di Indonesia, dan ini telah dibuktikan dengan berbagai infrastruktur, program dan aplikasi yang kita bangun dan luncurkan untuk mendukung Smart City tersebut,” ujar Genius. Kota Pariaman 2018-2023. Indeks; Lainnya. Lifestyle; Terutamamengharumkan nama Indonesia di kancah internasional. "Di sini (audisi) sama. Nggak ada perbedaan antara saya yang berhijab dan tidak. Semua sama. Hijab bukan halangan untuk berprestasi," kata dia. Jakarta Jadi Kota dengan Peserta Audisi Miss Indonesia 2018 Terbanyak . Audisi Miss Indonesia 2018 telah di gelar di sejumlah kota besar di AYURAHMADHANI AF. PDF. FACTORS THAT INFLUENCE THE INTENTION OF STUDENTS TO PURSUE QUALIFICATION AS PROFESSIONAL ACCOUNTANTS (An Empirical Study of Undergraduate Accounting Students of Brawijaya University, Malang State University, and Maulana Malik Ibrahim Islamic State University, 2015) NURUL QOMARIYAH. PDF. GPndY. - Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI 2018, Kota Makassar, Sulawesi Selatan tak ada. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan meningkatnya sentra perekonomian, wilayah kota kian strategis. Akan tetapi, permasalahan kota pun semakin kompleks. Penerapan prinsip kota cerdas dibutuhkan untuk mengatasi masalah ini, dan tingkat kecerdasan kota dapat diukur secara periodik lewat Indeks Kota Cerdas. Diperkirakan pada 2050 sebanyak 70 persen penduduk dunia akan tinggal di perkotaan. Begitu juga di Indonesia. Sesuai data Badan Pusat Statistik BPS, pada 2010, proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 49,8 persen. Pada 2030, proporsi penduduk yang tinggal di perkotaan mencapai 63,4 persen. Seiring jumlah penduduk di kota merangkak naik, dampak dan masalah bermunculan. Baca Buat Warga Sulsel, Urungkan Niat Rayakan Malam Tahun Baru 2019, Baca Edaran Wakil Gubernur Tuntutan kebutuhan masyarakat yang harus dilayani oleh aneka fasilitas publik mengemuka. Perekonomian juga diharapkan berputar lancar agar warga bisa hidup sejahtera tanpa memperlebar kesenjangan. Hal yang tak kalah mendesak adalah menjaga kelestarian lingkungan. Solusi dan perbaikan masalah mulai bermunculan di setiap kota. Inisiatif dan penyelesaian inilah yang kemudian diapresiasi Kompas dengan menyusun Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI 2018. Peringkat yang dihasilkan menunjukkan sejauh mana implementasi konsep kota cerdas di tiap-tiap kota. 93 kota Dalam IKCI 2018, hanya 93 dari 98 kota yang diikutkan dalam penyusunan. Lima kota di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta tidak dimasukkan karena status lima kota itu berbeda, yakni berlabel kota administratif. Pengukuran ke-93 kota ini dikelompokkan berdasarkan jumlah penduduk. Baca Video Detik-detik Pengendara Terseret Banjir di Barru, Juga 1 Tewas dan 2 Hilang, Ini Penyebabnya Ada empat kategori kota metropolitan atau kota dengan penduduk minimal 1 juta jiwa; kota besar, daerah berpenduduk lebih dari jiwa hingga kurang dari 1 juta jiwa; kota sedang, daerahberpenghuni lebih dari jiwa hingga jiwa. Terakhir, ada kelompok kota kecil yang berpenduduk paling banyak jiwa. Enam pilar Dalam IKCI 2018, konsep kota cerdas dikaitkan dengan semua usaha memecahkan masalah warga kota dan mewujudkan efisiensi sumber daya, termasuk energi. Aktivitas jasa diharapkan bisa didorong maju untuk melayani kebutuhan warga. Konsep ini juga menitikberatkan pada upaya menuju pembangunan berkelanjutan. Di ujung nanti, yang juga merupakan pencapaian paripurna kota cerdas, kualitas hidup warga kota diharapkan meningkat. Mengingat luasnya konsep kota cerdas, penyusunan indeks ini berbasiskan Lingkaran Kota Cerdas milik Boyd Cohen. Dalam lingkaran tersebut, kota cerdas ini dibangun dari banyak aspek yang bisa dikelompokkan menjadi enam pilar, yakni lingkungan, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup. Indikator dari enam pilar tersebut kemudian diturunkan. Data sekunder terkait 93 kota dikumpulkan dari BPS dan lembaga lain. Angka dan informasi yang terhimpun diolah dan diboboti dengan pendapat 12 pakar. Pemberian bobot menjadi bagian penting agar metodologi yang diadopsi bisa lebih sesuai dengan kondisi Indonesia. Masyarakat cerdas Bobot terbesar dari enam elemen kota cerdas ada pada aspek masyarakat, terutama dalam hal pendidikan, kreativitas, dan inklusivitas. Kota-kota yang unggul dalam IKCI 2018 umumnya memiliki inisiatif-inisiatif dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Surabaya, misalnya, memenangi posisi pertama kategori kota metropolitan. Kota ini telah mengembangkan pusat industri digital start up dan penyediaan Koridor Coworking Space untuk mendorong industri kreatif. Selain itu, ada Rumah Bahasa yang bisa melayani warga belajar bahasa asing dengan gratis. Teknologi pun telah membantu memudahkan pendidikan di Surabaya. Menurut Ridwan Sutriadi, penulis serial buku kota cerdas dari perspektif perencanaan kota yang juga pengajar di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota ITB, Indonesia sudah memiliki perencanaan pembangunan dari tingkat daerah hingga nasional. Rencana-rencana yang bersifat sektoral dan spasial inilah yang harus dikuatkan dengan ide kota cerdas, yaitu pembangunan berbasis pengetahuan secara kontinu. Makassar tak masuk Kota Makassar dengan jumlah penduduk 1,5 juta atau masuk dalam kategori kota metropolitan, tak ada dalam IKCI 2018. Baca Makassar Ditetapkan Jadi Kota Cerdas Indonesia 2017 Kota Makassar dikalahkan Surabaya pada posisi pertama, Semarang pada posisi kedua, dan Tangerang Selatan pada posisi ketiga. Untuk menjadi pemenang dalam IKCI 2018, ada 6 kategori penilaian. Keenam kategori tersebut, yakni lingkungan, mobilitas, ekonomi, masyarakat, pemerintahan, dan kualitas hidup.* Berita ini sebelumnya ditayangkan harian Kompas edisi, Jumat, 28 Desember 2018, dengan judul 'Mengukur Kecerdasan Kota di Indonesia'. Penulis Sri Widyastuti dan Ignatius Kristanto Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra tengah Kado awal tahun 2019 diterima Kota Denpasar. Ibu kota Provinsi Bali yang dipimpin Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota IGN Jaya Negara ini berhasil menjadi Kota Besar dengan raihan tertinggi Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI 2018 dengan nilai 61,70. Angka tersebut berhasil mengungguli kota besar lainya yakni Kota Surakarta pada posisi kedua dengan nilai 61,03 dan Kota Malang di posisi ketiga dengan nilai 60,23. Penghargaan yang digagas oleh media nasional ini diterima Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra di Jakarta 9/1/2019. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kota Denpasar, I Dewa Made Agung, mengungkapkan, penilaian tersebut dilakukan dengan berdasarkan model Lingkaran Kota Cerdas oleh Boyd Cohen. Ada 6 indikator penilaian, yakni lingkungan, mobilitas, ekonomi, masyarakat, pemerintahan dan kualitas hidup. Di tahun 2018, sebanyak 93 kota di Indonesia turut andil dalam penyusunan Indeks Kota Cerdas Indonesia ini. Terdapat empat kategori yang menjadi acuan yakni kota metropolitan atau kota dengan penduduk minimal 1 juta jiwa, kota besar, yaitu daerah yang berpenduduk lebih dari 500 ribu jiwa hingga kurang dari 1 juta jiwa, kota sedang, daerah berpenghuni lebih dari 100 ribu jiwa hingga 500 ribu jiwa. Serta kategori kota kecil, atau yang berpenduduk paling banyak 100 ribu jiwa. Rai Mantra mengungkapkan bahwa Pemkot Denpasar terus berupaya melakakukan berbagai inovasi untuk semakin meningkatkan kualitas kota dan masyarakat dari berbagai aspek baik kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Berbagai fasilitas dan program pemberdayaan dilakukan seperti revitalisasi sungai dan pasar tradisional, pembinaan UMKM dan wirausaha muda, berbagai festival unjuk kreativitas masyarakat serta pemberdayaan ODGJ melalui Rumah berdaya. "Ke depan, kami akan fokus tentang ekonomi kreatif dan orange ekonomi yang mampu mendukung pengembangan sektor pariwisata dan keberlanjutan kebudayaan, serta yang terpenting bagaimana program dan inovasi pemerintah ini dapat dirasakan kemanfaatnya oleh masyarakat menuju kesejahteraan rakyat itu sendiri," jelas Rai Mantra. Lebih lanjut dikatakan, Pemkot Denpasar pun terus berbenah melalui berbagai inovasi untuk memudahkan akses perlayanan publik untuk masyarakat, seperti adanya Mal Pelayanan Publik di Gedung Graha Sewaka Dharma yang memudahkan masyarakat dalam urusan administrasi dan pelayanan lainnya dalam satu gedung. Masyarakat juga dimudahkan untuk menyampaikan keluhan dan pengaduan secara online melalui aplikasi PRO Denpasar, serta berbagai pelayananan yang disediakan secara online sehingga bisa diakses kapan pun dan di mana pun. Sedangkan di bidang lingkungan, Pemkot Denpasar sudah mulai menginisiasi untuk pengurangan sampah plastik, bahkan sudah mengeluarkan Perwali mulai 1 Januari 2019 pasar modern dan pasar tradisional dilarang menyediakan kantong plastik, Di bidang ekonomi, Pemkot Denpasar juga sudah melakukan menerapkan sistem pembayaran non tunai, sementara dibidang mobiltas Denpasar sudah mulai menyediakan angkutan bus sekolah gratis yang dilengkapi berbagai aplikasi yang canggih dan pemasangan sejumlah CCTV di beberapa titik strategis Kota Denpasar. › Utama›Ada 12 Kota Raih Penghargaan... SEKAR GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS Pemberian penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI 2018 diberikan oleh Kompas di Jakarta, Rabu 9/1/2019. Penghargaan diberikan kepada sembilan kota di KOMPAS — Sebanyak 12 kota di Indonesia meraih penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 yang diberikan Kompas, Rabu 9/1/2019. Penghargaan ini diberikan kepada kota-kota yang yang dinilai berhasil menerapkan konsep kota cerdas atau smart city.”Kota akan menjadi tujuan terakhir dalam pergerakan manusia. Sekarang ada sekitar 50 persen penduduk Indonesia yang tinggal di perkotaan. Perkembangan yang secara alamiah terjadi itu harus disertai dengan pengelolaan kota yang mumpuni bagi warga,” kata Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy di Jakarta. Penilaian untuk Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI 2018 dilakukan terhadap 93 kota otonom. Penilaian didasarkan pada data yang bersumber dari Badan Pusat Statistik dan sejumlah institusi resmi penilaian setara, kota-kota tersebut dibagi ke dalam empat kategori berdasarkan jumlah penduduk, yaitu Kota Metropolitan, Kota Besar, Kota Sedang, dan Kota Kecil. Hal itu sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional. Skor penilaian berkisar dari angka 1 hingga GANDHAWANGI UNTUK KOMPAS Pemimpin Redaksi Harian Kompas Ninuk Mardiana Pambudy kanan berfoto bersama tiga wali kota pemenang Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 pada kategori Kota Metropolitan, yaitu Surabaya, Semarang, dan Tangerang Selatan, Rabu 9/1/2019, di kategori Kota Metropolitan, peringkat pertama IKCI 2018 diraih Surabaya dengan skor 67,03. Peringkat selanjutnya diraih Semarang dan Tangerang Selatan dengan skor 63,69 dan 61, pertama IKCI 2018 dalam kategori Kota Besar diraih Denpasar dengan skor 61,7. Surakarta dan Malang menyusul di peringkat kedua dan ketiga pada kategori yang sama dengan skor 61,5 dan 60, kategori Kota Sedang, peringkat satu diduduki Manado dengah skor 59,04. Salatiga dan Yogyakarta menyusul dengan skor 58,99 dan 58, Panjang meraih skor 55,15 pada kategori Kota Kecil dan meraih peringkat pertama. Sementara itu, Sungai Penuh dan Solok meraih peringkat selanjutnya dengan nilai 52,01 dan 51, enam dimensi penilaian IKCI 2018. Dimensi yang dimaksud adalah lingkungan smart environment, mobilitas smart mobility, pemerintah smart government, ekonomi smart economy, masyarakat smart people, dan kualitas hidup smart living.”Penekanan bobot penilaian IKCI 2018 ada pada pembangunan manusia dan manfaatnya untuk masyarakat,” kata juga Mengukur Kota, Menyejahterakan WargaGeneral Manager Litbang Kompas Harianto Santoso menyatakan, IKCI pertama kali diperkenalkan Kompas pada tahun 2015. Saat itu Kompas memublikasikan kota-kota di Indonesia yang jumlahnya 93 kota otonom dan 5 kota administrasi melalui liputan setiap hari. Selain infografik memuat statistik deskriptif, juga dipaparkan arah pembangunan kota dalam liputan kembali melakukan pengukuran kota pada tahun 2018. Prinsipnya adalah melanjutkan indeks yang sudah dilakukan tiga tahun sebelumnya. Sesuai dengan kaidah ilmiah, dilakukan beberapa penyesuaian dalam pengukuran. Mengenai indeks itu sendiri, dilakukan penyesuaian dari sebelumnya dimensi dengan tiga aspek menjadi enam aspek. Kali ini indeks mengadopsi model yang dikembangkan oleh Boyd Cohen, seorang penggiat kota cerdas di tataran Harianto, penilaian IKCI kali ini melibatkan 12 pakar dari disiplin ilmu berbeda-beda di antaranya pakar perencanaan perkotaan, sosiologi, dan bidang keahlian lain. Panitia merekrut mereka untuk melakukan penilaian atas aspek dimensi serta turunannya, begitu pula penilaian atas status kota itu sendiri. SEKAR GANDHAWANGI JAKARTA - Kado indah turut mengisi awal tahun Kota Denpasar. Ibu kota Provinsi Bali yang dipimpin Walikota IB Rai Dharmawijaya Mantra dan Wakil Walikota IGN Jaya Negara ini berhasil menjadi Kota Besar dengan raihan tertinggi Indeks Kota Cerdas Indonesia IKCI Tahun 2018 dengan nilai 61,70. Angka tersebut berhasil mengungguli kota besar lainya yakni Kota Surakarta pada posisi kedua dengan nilai 61,03 dan Kota Malang di posisi ketiga dengan nilai 60,23. Penghargaan yang digagas salah satu media terkemuka di Indonesia ini diterima Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra di Jakarta. Dalam kesempatan tersebut Walikota Rai Mantra turut menjadi narasumber dalam sharing tentang Kota Cerdas bersama kepala daerah lainya. Kepala Dinas Komunikasi, Informatika dan Statistik Kota Denpasar I Dewa Made Agung mengungkapkan bahwa penilaian tersebut dilakukan dengan berdasarkan model Lingkaran Kota Cerdas oleh Boyd Cohen. Dimana terdapat 6 indikator penilaian yakni lingkungan, mobilitas, ekonomi, masyarakat, pemerintahan dan kualitas tahun 2018 sebanyak 93 kota di Indonesia turut andil dalam penyusunan Indeks Kota Cerdas Indonesia ini. Terdapat empat kategori yang menjadi acuan yakni kota metropolitan atau kota dengan penduduk minimal 1 juta jiwa, kota besar, yaitu daerah yang berpenduduk lebih dari 500 ribu jiwa hingga kurang dari 1 juta jiwa, kota sedang, daerah berpenghuni lebih dari 100 ribu jiwa hingga 500 ribu jiwa. Serta kategori kota kecil, atau yang berpenduduk paling banyak 100 ribu Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra mengungkapkan bahwa Pemkot Denpasar terus berupaya melakakukan berbagai inovasi untuk semakin meningkatkan kualitas kota dan masyarakat dari berbagai aspek baik kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan. Berbagai fasilitas dan program pemberdayaan dilakukan seperti revitalisasi sungai dan pasar tradisional, pembinaan UMKM dan wirausaha muda, berbagai festival unjuk kreatifitas masyarakat serta pemberdayaan ODGJ melalui Rumah berdaya."Kedepan kami akan fokus tentang ekonomi kreatif dan orange ekonomi yang mampu mendukung pengembangan sektor pariwisata dan keberlanjutan kebudayaan, serta yang terpenting bagaimana program dan inovasi pemerintah ini dapat dirasakan kemanfaatnya oleh masyarakat menuju kesejahteraan rakyat itu sendiri," jelas Rai lanjut dikatakan, Pemkot Denpasar pun terus berbenah melalui berbagai inovasi untuk memudahkan akses perlayanan publik untuk masyarakat, seperti adanya Mal Pelayanan Publik di Gedung Graha Sewaka Dharma yang memudahkan masyarakat dalam urusan administrasi dan pelayanan lainnya dalam satu gedung. Tidak hanya itu, masyarakat juga dimudahkan untuk menyampaikan keluhan dan pengaduan secara online melalui aplikasi PRO Denpasar, serta berbagai pelayananan yang disediakan secara online sehingga bisa diakses kapan pun dan dimana pun. Sedangkan di bidang lingkungan Pemkot Denpasar sudah mulai menginisiasi untuk pengurangan sampah plastik, bahkan sudah mengeluarkan Perwali dimana mulai 1 Januari 2019 pasar pasar modern dan pasar tradisional dilarang menyediakan kantong plastik. Pada bidang ekonomi, Pemkot Denpasar juga sudah melakukan menerapkan sistem pembayaran non tunai, sementara dibidang mobiltas Denpasar sudah mulai menyediakan angkutan bus sekolah gratis yang dilengkapi berbagai aplikasi yang canggih dan pemasangan sejumlah CCTV di beberapa titik strategis Kota Denpasar.“Kami dari Pemkot Denpasar terus mengupayakan adanya berbagai inovasi-inovasi yang dapat kami terapkan untuk kemudahan masyarakat. Tidak hanya fasilitas fisik, namun juga berbagai program pemberdayaan yang nantinya akan berdampak meningkatkan kualitas, kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat Kota Denpasar," ungkap Rai Mantra.akr Semarang, Idola FM – Sebanyak 12 kota menerima penghargaan Indeks Kota Cerdas Indonesia 2018 yang diberikan harian Kompas Rabu 09/01/2019. Penghargaan diberikan kepada kota yang berupaya menerapkan konsep kota cerdas berdasarkan penilaian dan pembobotan enam dimensi yang dikembangkan Boyd Cohen, pegiat kota cerdas internasional. Keenam dimensi itu mencakup lingkungan cerdas, mobilitas, pemerintahan, ekonomi, masyarakat, dan kualitas hidup. Dimensi masyarakat dengan indikator keterhubungan internet, penetrasi telepon seluler, partisipasi warga, tingkat pendidikan, imigrasi, dan pekerjaan industry kreatif memperoleh pembobotan skor paling tinggi. Penilaian berdasarkan dimensi dan pembobotan nilai yang melibatkan penilaian 12 pakar, menghasilkan 12 kota dengan skor tertinggi yang terbagi dalam 4 kategori Kota Metropolitan Surabaya, Semarang, Tangerang Selatan, Kota Besar Denpasar, Surakarta, Malang, Kota Sedang Manado, Salatiga, Yogyakarta, dan Kota Kecil Padang Panjang, Sungai Penuh, Solok. Lima kota di DKI Jakarta tidak ikut dinilai karena tidak memiliki DPRD kota dan tanpa APBD. Lantas, proses penilaian selama ini—indicator apa saja yang dinilai? Dalam mewujudkan sebagai kota cerdas—apa faktor kuncinya? Hal krusial apa yang masih menjadi kendala utama sehingga sebuah kota masih belum bisa dikatakan kota cerdas? Guna menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, Radio Idola Semarang mewawancara Sosiolog dari Universitas Indonesia UI yang juga salah satu juri Indeks Kota Cerdas Indonesia Daisy Indira Yasmin. Heri CS Berikut wawancaranya

indeks kota cerdas indonesia 2018